Cerita ini mungkin kisah yang tidak ingin diketahui oleh
banyak orang, sebab ini bukan cerita heroik atau haru pilu seseorang yang
memiliki andil besar dalam membangun negri ini.
Seseorang dalam kisah ini tidak sampai berdarah-darah atau mengorbankan
harta benda untuk mimpinya membangun sebuah kawasan pedesaan. Ia hanya bermodal kepedulian dan mimpi membantu
meningkatkan ekonomi masyarakat dengan kepekaannya menangkap potensi di
masyarakat.
Lahir di sebuah desa bernama Panggarangan, sebuah desa yang
berjarak 120 km dari ibu kota Kabupaten Lebak, Rangkasbitung, pada tanggal 17
Juni 1976. Desa adalah tempat
kelahirannya, masa remajanya juga tinggal di desa, membuat gejolak darahnya
tidak bisa meninggalkan rasa peduli dengan kemiskinan di desa di kabupaten yang
dijuluki tertinggal ini. Pendidikan S1
dan S2 nya ia tempuh di Universitas Padjajaran (Unpad). Tesis S2 nya berjudul Analisis Infrastruktur
terhadap Penanggulangan Kemiskinan di Kabupaten Lebak, menambah tinggi kepekaan
dan empatinya terhadap kemiskinan.
Ditugaskan sebagai PNS di lingkungan BAPPEDA Kabupaten Lebak pada tahun
2005 juga tambah menguatkan kepeduliannya dengan kemiskinan.
Iman Hiddayat, SE., ME., saat ini menjabat sebagai Kepala
Bidang Perekonomian dan Sumber Daya Alam BAPPEDA Kabupaten Lebak. Sudah sejak lama melihat potensi komoditas
pisang di kecamatan Cilograng dan Bayah namun belum melihat bahwa potensi
tersebut membawa peningkatan ekonomi yang signifikan bagi masyarakat. Bekerja dilingkungan BAPPEDA membuatnya
memiliki banyak kesempatan untuk turun langsung di lokasi ini. Awalnya ia hanya menemukan masalah yang
terjadi adalah jaminan pemasaran yang belum ada karena lokasi ini berada jauh
dipelosok kabupaten maupun provinsi.
Berikutnya ia mendapati bahwa produktivitas masih perlu ditingkatkan
untuk dapat bersaing pasar dengan daerah lain.
Tidak banyak yang ia lakukan, hanya bercerita tentang
potensi ekonomi pisang bagi masyarakat dan idenya membangun semacam pusat
pemasaran, promosi, dan studi komoditas pisang ini kepada semua orang, dan
setiap pejabat yang ia temui pada setiap kesempatan. Awalnya orang hanya
menganggap idenya biasa saja, bahkan dianggap lucu oleh sebagian orang. Hal ini dilakukan karena sadar betul ia
bukanlah pengambil kebijakannya, dan perlu banyak tangan dari semua sektor
untuk menggarap mimpinya. Meskipun
sampai sempat dijuluki “Kabid Pisang,” oleh rekan-rekannya, langkahnya semakin
mantap ketika Ibu Bupati mendengar dan menyambut baik idenya. Bahkan berkat banyak dukungan dan ide-ide
yang masuk, mimpinya semakin besar lagi, yaitu menjadikan kawasan ini menjadi
sentra komoditas pisang di Provinsi Banten.
Ibu Bupati sebagai pimpinan daerah telah menyambut baik,
maka secara berurut semua Satuan Kerja Peragkat Daerah mendukung langkahnya,
desa-desa apalagi. Berikutnya di akhir
tahun 2016 datang bantuan dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) bersama
Direktorat Perencanaan Pembangunan Kawasan Pedesaan yang mengarahkan langkahnya
agar segera diterbitkan Surat Keputusan tentang Kawasan Pedesaan oleh
Bupati. Bersama UPI sebagai fasilitator,
juga dibentuk Tim Koordinasi Pembangunan Kawasan Pedesaan (TKPKP) Kabupaten dan
Kawasan.
Awal tahun 2017, meskipun tetap didukung oleh SKPD ia merasa
kebingungan karena Rencana Pembangunan Kawasan Pedesaan (RPKP) belum tersusun. Namun lagi-lagi bantuan datang tanpa ia
sangka. Pada Mei 2017, Ditjen Pembangunan Kawasan Pedesaan membantu memperkuat
langkahnya dengan mengirimkan dua orang pendamping Pembangunan Kawasan
Pedesaan. Bersama pendamping PKP, ia
mendapati lebih banyak potensi yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan
perekonomian masyarakat di kawasan ini. Saat
ini RPKP sudah disusun dan akan di Perbupkan sesuai Juknis Pembangunan Kawasan
Pedesaan.
Kisah ini memang biasa, bahkan mungkin orang akan berfikir
yang ia lakukan adalah suatu keharusan bagi seorang abdi negara. Tapi bagi saya hal ini adalah istimewa, sebab
tidak mudah mendapati jiwa seperti ini sekarang di negeri ini; jiwa yang
perduli, konsisten, dan berfikir sederhana untuk melakukan perubahan.
Wallahu a’lam bishawab..