Pasput Cihara, 23 Oktober 2013
Sepagi ini, entah kenapa menggayut kesedihan yang tak tahu
apa sebabnya. Hingga beranjak
meninggalkan rumah menuju ke tempat kerja, perasaan ini justru makin tak
menentu. Diperjalanan aku putuskan
mampir ke rumah teman, barangkali ngobrol sana-sini bisa menghibur
perasaanku. Namun sayangnya dia belum
bangun, maka terpaksa kulanjutkan perjalanan tanpa perduli apa rencana kerjaku
hari ini.
Seperti biasanya, perjalananku ke tempat kerja selalu menyusuri
pantai selatan Kabupaten Lebak. Kali
ini kupacu sepeda motorku lebih lambat dari biasanya, menikmati suara deburan
ombak, menikmati kesedihanku yang menggelayut makin berat.
Sampai Pasput Cihara, tanpa berfikir lagi aku mampir di
sebuah saung diantara puluhan saung yang berjajar di sepanjang pinggir pantai
ini. Supaya enak duduk berlama-lama maka
aku pesan mi rebus dan sebotol air mineral ke ibu pedagang pemilik saung.
Menikmati mi rebus sepagi ini; sambil mendengarkan
musik dipadu dengan suara ombak; dan
sesekali membuka facebook membuat status serta menanggapi koment beberapa
teman; kuputuskan menulis ini sembari mencoba membuang kesedihanku.
Anehnya setelah semua ini, masih tak kutemukan jawaban
kenapa aku bersedih. Justru yang
terbayang malah wajah anak-anakku, wajah orang tuaku, dan mereka yang aku
sayangi. Bukannya terbuang kesedihanku
atau terjawab kenapa, justru makin terasa panas mataku menahan air mata yang
memaksa untuk menetes. “Ya Allah, beri
aku kesempatan menunaikan kewajibanku terhadap mereka,” dalam hati aku berdo’a.
Memandang laut lepas dan suara ombak pantai selatan yang
bergolak, membuatku semakin merasa sebagai sebuah titik kecil yang tak
berdaya. “Ya Allah, ampuni semua
dosa-dosaku. Bagaimana mungkin aku
sering mengabaikan kekuasaan-Mu, sedang hidupku selalu ada dalam
genggaman-Mu.” Jatuh juga air mata ini,
menderu tangisku tak terbendung lagi….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar