Lebak, 16 Desember 2012
Motivasi, merupakan suatu kata yang sangat erat kaitannya
dengan kinerja seseorang dalam melakukan pekerjaannya. Jika ditanya satu persatu, banyak pelaku
PNPM-MP dalam melakukan kegiatannya memiliki motivasi sendiri-sendiri, ada yang
karena uang (mencukupi kebutuhan keluarga), ada yang karena ingin pujian, ada
yang karena iseng atau mengisi waktu luang, ada yang karena pengabdian, dan
sebagainya (tentu sesuai masing-masing kebutuhan dasar mereka).
Bagaimana Sejarah dan
Prinsip Motivasi?
Sebelum sekitar tahun 1900 an, orang masih menganggap bahwa
manusia tidak perlu dimotivasi, sehingga pada jaman itu, munculah kerja paksa
dimana-mana. Orang dianggap akan
melakukan sesuatu kalau harus dicambuk, diancam, ditakut-takuti untuk dibunuh,
dan sebagainya. Tentu semua sepakat
apabila metode ini tidak bisa lagi digunakan pada zaman sekarang.
Setelah sekitar tahun 1900 an itu Frederick W. Taylor
menemukan Scientific Management.
Yaitu metode mengukur dan mengontrol pekerjaan yang dilakukan sesuai
standar. Orang akan termotivasi untuk
melakukan pekerjaanya dengan lebih baik, agar sesuai standar yang telah
ditentukan.
Pada tahun 1958, Douglas MacGregor menciptakan Teori X dan
Teori Y dalam bukunya yang berjudul The
Human Side of Enterprise. Dalam
teori ini, Rewards and Punishment digunakan
sebagai alat memotivasi. Orang yang
melakukan pekerjaannya dengan baik akan diberikan rewards atau penghargaan (dapat berupa gaji, bonus, piagam penghargaan,
pujian, dll) dan orang yang tidak melakukan pekerjaannya dengan baik akan
diberikan punishment atau hukuman. Metode motivasi ini masih digunakan sampai
sekarang dibeberapa sektor pekerjaan dan organisasi.
Namun ternyata
katanya metode ini dapat menjadi boomerang. Berikut ini tujuh macam kegagalan
yang dapat diakibatkan metode ini yaitu:
1.
Dapat memadamkan motivasi internal
2.
Dapat menurunkan kinerja
3.
Dapat mematikan kreativitas
4.
Bisa mengesampingkan kelakuan baik
5.
Bisa mendorong penipuan atau pelanggaran kode
etik
6.
Bisa menjadi madatan reward
7.
Mendorong pemikiran jangka pendek
Bagaimana Motivasi di
PNPM Mandiri Perdesaan..?
Pada jaman sekarang, orang memandang motivasi harus berasal
dari dalam dirinya sendiri atau disebutnya motivasi intrinsic. Motivasi secara Intrinsik inilah yang oleh
PNPM Mandiri Perdesaan dilakukan untuk memotivasi para Fasilitatornya. Bahwa Fasilitator PNPM-MP baik ditingkat
provinsi, kabupaten, maupun kecamatan, dan desa, harus memiliki motivasi dari dalam dirinya
sendiri.
Yang mendorong terjadinya motivasi intrinsik diklasifikasikan
dalam tiga macam yaitu: Autonomy (Otonomi),
Mastery (Keahlian), dan Purpose (Tujuan).
Autonomy
adalah hal yang paling penting dalam mendorong motivasi intrinsik. Semakin memiliki otonomi, maka diharapkan
fasilitator semakin merasa termotivasi.
·
Fasilitator dapat menentukan sendiri kapan akan
bekerja, untuk berapa lama, pada hari apa, dan sebagainya.
·
Fasilitator dapat menentukan teknik atau metode
yang dianggap paling tepat untuk menyelesaikan pekerjaan.
·
Fasilitator dapat menentukan kegiatan mana yang
akan dikerjakan terlebih dahalu.
·
Fasilitator dapat memilih siapa orang yang
menjadi teman kerjanya.
Mastery
adalah faktor pendorong motivasi intrinsik yang kedua.
Orang yang merasa sudah dalam proses menjadi tenaga ahli yang dihargai
dan yang terhormat, pasti akan banyak belajar dan banyak mencari pengalaman
yang terproses. Sehingga dalam hal ini
semakin ahli seseorang, maka ia akan semakin menjaga kualitas pekerjannya. Oleh sebab itu banyak dilakukan
pelatihan-pelatihan untuk fasilitator, dalam rangka meningkatkan kapasitas dan
keahlian pendampingan.
Purpose
adalah faktor pendorong motivasi intrinsic yang ketiga. Orang yang memiliki tujuan hidup yang lebih
besar, dari tujuannya untuk kepentingan dirinya sendiri, akan memiliki motivasi
yang sangat besar dalam melakukan pekerjaannya dalam mencapai tujuan itu. Teori ini sejalan dengan teori kebutuhan
dasar manusia. Bahwa kebutuhan dasar manusia yang tidak pernah terpuaskan adalah
penghargaan. Orang akan semakin
termotivasi untuk bekerja lebih baik karena untuk mencapai tujuannya yaitu
merasa dihargai oleh semua orang.
Walaupun nampaknya
menurut saya, di PNPM-MP saat ini lebih tepat jika dikatagorikan menganut gabungan
dari tiga metode-metode di atas, yaitu 1. metode Scientific Management yaitu mengontrol
pekerjaan sesuai standard (misalnya, jika alur tahapan tidak dilaksanakan
fasilitator dapat terkena sanksi karena dianggap salah tidak sesuai standar); 2.
metode Rewards and Punishment yaitu
penghargaan dan hukuman (misalnya, jika fasilitator bekerja dengan baik
evkinnya bagus, dan yang melanggar SOP, misalnya tidak tinggal dilokasi tugas,
maka mendapat Surat Peringatan, dsb); 3. Metode motivasi intrinsic (misalnya,
fasilitator merencanakan sendiri pekerjaannya untuk satu bulan kedepan).
Namun menurut
saya, apapun metode motivasi yang digunakan, akan sangat efektif apabila semua
orang pada jenjang, dari nasional, provinsi, kabupaten, dan kecamatan, sampai
desa, memahami teori tentang manusia,
sifat, dan kebutuhan dasarnya. Jika
tidak, maka tentu motivasi yang diharapkan kurang dapat terwujud dengan baik. Contoh: Apabila dalam sebuah kunjungan dari provinsi ke kecamatan
menyatakan bahwa waktu bekerja yang telah dilakukan fasilitator tidak optimal
(tanpa melihat kondisi eksternal seperti topografi wilayah, kultur masyarakat,
dsb), atau menyatakan bahwa tekhnik/metode yang digunakan oleh fasilitator
tidak tepat dan tidak maksimal (juga tanpa memikirkan kondisi eksternal seperti
topografi wilayah, kultur masyarakat, dsb), dan sebagainya dengan bahasa yang
kurang tepat. Tentu dengan serta
merta ini bisa membunuh motivasi fasilitator kecamatan tadi (meskipun pada
kasus tertentu bisa sebaliknya, tergantung orangnya), karena ini melawan teori sifat
dan kebutuhan dasar manusia. Yaitu bahwa kebutuhan dasar manusia yang tidak
pernah terpuaskan adalah “penghargaan” dan penghargaan disini bukan uang,
melainkan rasa dihargai.